Aku
nulis ini sehari sebelum UAS. Anggap aja dalam rangka merayakan UAS.
#pentingbanget
Akhir-akhir
ini aku sering ngeliat postingan kontroversial orang-orang di sosial media.
Biasanya aku jarang ngasih komentar, sih, kalo udah menyangkut kayak gitu.
Mending ngomentarin mukanya Im Youngmin yang semakin shining daripada ikutan
berantem bareng netizen. Cuman lama-lama kalo disimpan sendiri, ya, gatel juga
pengen nulis.
Ini
soal ilmu pengetahuan dan agama.
Oke,
sepertinya aku harus nge-disclaimer dulu kalo yang nulis ini ilmunya nggak tinggi-tinggi banget dan kadar keimanannya juga hanya Allah yang tahu. Cuman
aku hanya menuliskan apa yang aku tahu aja. Kalau ada yang salah, sok atuh
dibetulin. Kalau nggak sependapat, sok atuh melawan argumennya tanpa menjatuhkan
yang lain.
Jadi,
karena warga Indonesia sudah mulai banyak yang bisa akses internet, sosial
media pun bertaburan banyak opini. Sebagai negara demokrasi, opini itu sah-sah
aja, kok. Emang hak bagi semua warganya. Tetapi kalau opininya sudah—aku anggap—lebih
menyeru pada hal yang nggak bagus, aku juga kadang sebel sendiri. Sebenarnya
aku berusaha pengen berada di posisi orang yang menyuarakan opini nggak enak
itu. Berusaha berpikir positif dulu seperti, “Mungkin maksudnya baik, cuman
nggak enak aja bahasanya” atau “Mungkin dia cuman nggak tau gimana rasanya
kayak gitu” dsb.
Dan kalau aku sudah nulis ini, batas
kesabaranku udah lewat.
Sumbernya
itu karena akhir-akhir ini aku ngeliat banyak klaim haram. Apa-apa haram.
Vaksin haram. Operasi caesar haram. Jadi dokter hewan haram. Kuliah di ITB
haram. Pokoknya ujung-ujungnya haram aja. Nggak tau, deh, dalil dari mana (yang
tahu boleh ketikan dalilnya di kolom komentar). Intinya, semua yang bersumber
dari Barat itu haram. Bahkan ada yang bilang kalo belajar bahasa Inggris itu
haram karena itu bahasa orang kafir.
Nggak
cukup dengan perihal haram ini. Beberapa yang punya pendapat kayak gini
biasanya nggak terima orang yang abu-abu. Pokoknya kalo sependapat sama mereka,
kamu Muslim yang baik dan beriman. Kalau nggak, kamu termasuk kaum yang
munafik. Hiks. :’)
I feel bad about myself suddenly. Karena
kalau pakai standar mereka, aku disebut orang munafik. Soalnya aku nggak
ngerasa kalo vaksin, operasi caesar, jadi dokter hewan, kuliah di ITB, dan
belajar Bahasa Inggris itu haram. Selama semua itu memberi manfaat bagi umat
manusia, why not?
Vaksin
misalnya. Pemerintah Arab Saudi aja menganjurkan jamaah buat pakai vaksin meningitis.
Operasi caesar juga. Aku masih nggak habis pikir kenapa ini jadi haram. Apakah
karena ini teknologi dari Barat atau mengubah ciptaan Allah atau gimana? Kan
ini juga buat keselamatan ibu yang melahirkan, ya. Dokter hewan juga, nih,
astaga. Kalau nggak ada dokter hewan, gimana coba kalau tiba-tiba ada flu
burung atau penyakit hewan lain yang berakibat sama manusia? Dibiarin aja? Biar
nggak ngelawan takdir gitu ya. Pokoknya kalo di-breakdown satu-satu alasan
keharamannya jadi makin terdengar konyol menurutku.
Tapi,
jujur, aku masih pengen berusaha memahami mereka. Yang aku tangkep, mereka itu
pengen bener-bener jadi Muslim yang kaffah. Muslim yang mengikuti lifestyle
Rasulullah. Rasulullah, kan, nggak pake produk Barat, ya. Jadi mereka langsung
menghubungkan semua itu dan menarik kesimpulan kalau jika Rasulullah nggak
melakukan itu, maka itu nggak boleh alias haram.
Bener,
nggak? Gitu, kan? Coba kasih alasan lain kalau emang bukan.
Masalahnya
gini. Kita, kan, konon berada di zaman fitnah. Zaman ketika Islam dan umat
Muslim semakin dipojokan. Kita pengen banget, kan, ngembaliin zaman kejayaan
Islam?
“Makanya
kita harus mendirikan negara khilafah!”
Ehm.
Wait.
Pada
saat wacana kekhilafahan ini belum segencar sekarang, aku termasuk pembaca
setia buku-buku Ustad Felix Siauw. Termasuk yang mengenai khilafah. Awalnya aku
tertarik buat baca trus juga terbawa. Maksudnya setuju sama yang diutarakan
Ustad Felix. Ehiya bener juga, ya. Islam emang berjaya banget pada waktu zaman
kekhilafahan. Kayaknya harus diterapin lagi, nih! Tapi pas ngikutin lagi,
lama-lama aku ngerasa nggak sreg sama sesuatu....
Ya
itu tadi, pengharaman unsur-unsur Barat.
Padahal
berjayanya khilafah itu bukan semata-mata karena bentuknya kekhilafahan, namun
karena apa yang ngebentuknya. Dalam buku Philosophy
in Minutes, Islam pada masa “Golden Age”-nya mengenalkan bahwa agama dan
pemikiran rasional itu dapat berdampingan satu sama lain. Kita juga tahu bahwa
Islam di masa kejayaannya memiliki banyak ilmuwan terkenal seperti Ibnu Sina
(Avicenna) dan Ibnu Rush (Averroes). Yang bikin bangga, ilmuwan Islam dulu itu
polymath. Artinya mereka itu ngga ahli di satu bidang saja alias jago di
berbagai bidang. Ibnu Rush aja selain jago fisika juga jago hukum dan filsafat.
Dan asal tau aja, pemikiran ilmuwan-ilmuwan Muslim ini banyak terpengaruh dari
pemikiran Plato dan Aristotle yang berasal dari Barat. Tapi mereka nggak
semerta-merta ngeharamin pemikiran dua filsuf ini, lho. Justru mereka malah
mengadaptasi pemikiran ini dan menyandingkannya dengan teologi Islam.
You
got the point, right?
Jadi,
Islam dulu bisa berjaya karena keterbukaannya akan ilmu pengetahuan. Para
filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi
terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi
yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri
(Wikipedia). Inilah pentingnya bagi kita untuk terus belajar, ketimbang
haram-haraman.
Akhirat
emang penting. Tapi dunia juga sama pentingnya. Kan sering, nih, kita
dianalogikan seperti sedang melakukan perjalanan menuju tujuan akhir ke
akhirat. Nah, kalo selama perjalanan kita nggak tau harus jalan lewat mana,
berapa biaya selama perjalanan, gimana cara antisipasi kalo mobilnya mogok,
atau lain halnya gara-gara cuman mikirin ‘yang penting pulang’, ya gimana mau
sampai dengan selamat ke tujuan?
Udah,
ah. Mau UAS dulu.
Ketika Semua Mudah Diharamkan
Reviewed by Audi
on
Agustus 06, 2017
Rating:
duuuh suka quotes terakhirmu. aku sepakat, dan aku bukan Felixian ahahha
BalasHapusQuotes terakhir? yg "Mau UAS dulu" itu ya mbak? heheheh
Hapusaku juga ngga kok mbak, bacanya for research purpose aja :D
Aku kaget waktu baca "Bahkan ada yang bilang kalo belajar bahasa Inggris itu haram karena itu bahasa orang kafir." Seorang cendekiawan-sejarawan mualaf yang bernama Martin Lings menulis biografi Nabi Muhammad dalam bahasa Inggris. Buku tersebut terpilih jadi buku biografi Nabi terbaik yang berbahasa Inggris di konferensi Sirah Nasional di Islamabad tahun 1983. Buku tersebut juga udah dipublikasikan dalam berbagai bahasa seperti Prancis, Italia, Belanda, Arab, dan Jerman. Selain buku biografi Nabi, Martin Lings juga menulis banyak jurnal tentang Islam dalam bahasa Inggris. Kalau bahasa Inggris katanya diharamkan untuk dipelajari, bagaimana jadinya? :((
BalasHapusNah itu makanya, katanya pengen jadi muslim yg kaffah tapi ga liat situasi :(
HapusAgreeee bangettt❤❤
BalasHapuspermisi ikut comen ya...islam adalah rahmatan lil alamin, rahmad bagi sekalian alam, tidak ada agama yang sempurna selain islam, itu harus dijadikan dasar sebelum diskusi. kalau ini sepakat, mari kita lanjutkan. Hukum Haram dan Halal pada prinsifnya harus mengacu pada Al Qur'an dan Al Hadist, ada kaidah kaidah dasar yang sudah pasti atas keharaman dan kehalalan sesuatu.
BalasHapusMeskipun juga dalam hal kekinian, hal hal yang belum ada di zaman Rasulullah, penghukumannya tetap mengacu pada kaidah dasar. Di Indonesia ada MUI yang diberikan mandat untuk memberkan fatwa haram dan halal, atas segala hal baru di era sekarang, dengan ijtihad.jadi intinya kalau ada orang, lemabaga, ormas atau apapun juga berfatwa haram itu namanya ngoceh, kalau di ambil semua ocehan itu bikin pusing, itulah yang sebenar benarnya sampah/hoax.
dear audi,,,,,kita harus sepakat bahwa islam adalah agama yang sempurna, rahmad bagi alam semesta, bukan hany bagi manusia muslim, tetapi juga bagi binatang dan tumbuhan. Kekeliruan dan kesalahan orang islam dalam bertingkah laku, berbicara, berbuat kejahatan, tidak boleh kita mencap bahwa islam yang salah dan islam tidak sempurna, tidak boleh terlintas sedikitpun dibenak kita, ISLAM WAY OF LIFE, ISLAM adalah tuntunan hidup yang sempurna.
Ada kata kata yang kamu tulis bahwa "akhirat emang Penting, tetapi dunia juga sama pentingnya"
Audi,,,,akhirat sangat penting (bukan emang, lho), karena apa, ,,karena dunia ini fana, dan sementara serta akan hancur. Tujuan penciptaan manusia dan jin ada dlm Al qur'an, tidak diciptakan jin dan manuasia, kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT. Orang kafir menyikapi ini dengan berupaya meraih dunia sebanyak banyaknya (terbukti berhasil mereka, walaupun dengan segala cara), sementara orang islam semestinya meraih dunia dengan niat ibadah kepada Allah SWT, sesuai firah penciptaan manusia , untuk nantinya mendapatkan syurga yang abadi di akhirat kelak.
Saya ko kurang sreg dengan analogi audi tentang perjalanan manusia menuju akhirat diartikan dengan kita harus tahu jalan , antisipasi, harus tahu jalan lewat mana, saya kira kurang tepat. Karena sebenarnya jalan dan panduanya sudah jelas dan pasti yaitu melalui islam, karena islam adalah panduan yang sempurna menuntun manusia menuju ke jalan yang benar. Kecuali anda masih bingung jalan yang mana, artinya agama yang mana yang harus dipilih untuk menujua akhirat (wow semoga tidak, dan sekali kali tidak ya). Yang benar dalam islam , di dunia kita mencari sebanyak banyaknya bekal, untuk menuju perjalanan yang sangat jauh dan berat menuju akhirat. Bekalnya adalah amal dan ibadah dan dengan ini kita berharap mendapatkan ridha Allah SWT. YANG ANEH ADALAH KETIKA KITA TAHU AKAN MELAKUKAN PERJALANAN JAUH DAN BERAT SERTA PANJANGGGG, TETAPI KITA TIDAK SIAP BEKAL YANG CUKUP, ini barangkali analogi yang pas.Waktu kita untuk menyiapkan bekal tidak lama, paling 60 -75 tahun hidup, setelah itu kita mati, dan banyak sekali orang kafir yang menyesal dan memohon untuk dikembalikan ke dunia untuk hidup kembali dan beribadah sebaik baiknya kepada Allah, tetapi sudah terlambat (silakan baca Qur'an saya lupa surah dan ayatnya)
maaf ya, semoga menjadi bahan renungan