Aula Simfonia Jakarta, Feel Your Classical Soul!

Gambaran Aula Simfonia Jakarta dari Google (sumber: kompasiana.com)
Musik klasik masih kurang diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kesimpulan ini aku dapatkan setelah aku mengajak teman-teman di kampusku untuk menyaksikan orkestra. Dari info yang aku dapatkan di internet, akan ada event konser musik klasik pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015, di Aula Simfonia Jakarta (ASJ). Aku meneruskan info itu ke grup chatting  kelas serta organisasi. Dan pada akhirnya hanya ada satu orang yang bersedia ikut. Okesip.

To be honest, aku hanyalah manusia biasa yang awam soal musik. Aku nggak bisa baca partitur. Aku juga buta nada. Tapi aku senang mendengarkan musik. Berbagai macam musik, dari yang bikin kalem sampai jingkrak-jingkrak, dari Mozart sampai Linkin Park, pokoknya telingaku fleksibel. Untuk menonton konser baru pilih-pilih. Salah satu syarat menariknya suatu konser bagi Audi adalah harga tiket masuknya nol rupiah alias gratis! Makanya, aku minat banget ketika ada acara Enjoy Jakarta Jazz Festival 2015 bulan September lalu. Karena free entry tentunya.

Nah, bagaimana dengan konser musik klasik yang satu ini? Selain bakal jadi pengalaman pertama nonton konser musik klasik, kegiatan ini juga sebagai pengisi waktu luangku yang luang banget selama di kampus. Kemudian, tempat terselenggaranya konser itu, yaitu ASJ, juga menarik perhatianku. Dari penelusuranku di Google Images, tempat tersebut terlihat megah dan mewah dengan gaya arsitektur khas Eropa.


How Did I Get There?


Aku pergi ke ASJ dengan menggunakan KRL. Setelah mengikuti workshop tentang blog di Kampus FISIP UI, aku langsung berangkat dari Stasiun Universitas Indonesia, sementara temanku berangkat dari Stasiun Pondok Ranji. Kami bertemu di Stasiun Kemayoran. Dari stasiun, kami akhirnya memutuskan untuk naik bajaj. Harganya hanya 15000 rupiah (harga setelah nego) dan kami langsung diantar ke ASJ.

Turun di Stasiun Kemayoran (Dok. pribadi)
Kami sudah berada di sana pada pukul 3 sore atau sekitar dua jam sebelum konser dimulai. Setelah membeli tiket konser, kami berkeliling dulu melihat-lihat keindahan arsitektur serta taman yang berada tepat di depan ASJ. Tak lupa pula bernarsis ria di sana.


Lobi ASJ (Dok. Pribadi)

Ternyata konser juga bisa dinikmati dari layar ini (Dok. Pribadi)

Salah satu lukisan yang terpajang di lobi ASJ (Dok. Pribadi)

Di taman depan ASJ. Bangunannya tinggi banget! (Dok. Pribadi)

Membaca profil tokoh penginjil yang terpajang di koridor depan (Dok. Pribadi)

Dari Google Maps, ASJ terletak tepat di samping Gereja Reformed Injili Indonesia. Namun, ketika aku melihat sendiri bangunan tersebut, ternyata gereja dan ASJ bukan hanya bersebelahan, tetapi sudah menyatu. ASJ merupakan gedung konser yang memiliki kapasitas 1200 penonton. Bangunannya dirancang oleh Dr. Stephen Tong. Beliau jugalah yang menjadi konduktor untuk konser ini. Ketika membaca biografi singkat beliau di buku konser, aku langsung teringat pada para seniman multitalenta seperti Leonardo da Vinci dan Michaelangelo yang hidup pada masa Renaissans. Selain arsitektur dan musik, beliau juga seorang pendeta yang jago dalam seni lukis dan memahat.

Berdasarkan cerita bapak-bapak yang diajak ngobrol oleh temanku, ASJ, yang resmi dibuka pada tahun 2009, bisa jadi merupakan satu-satunya concert hall di dunia yang dibiayai oleh swasta! Walaupun begitu, harga tiket masuk konser pun cukup terjangkau. Apalagi karena ada harga spesial untuk pelajar dari umur 8-21 tahun. (Well, itu artinya aku nggak bakalan dapat harga pelajar lagi setelah Juni 2017. Hiks). Untuk konser ini, kami bisa masuk dengan harga 100.000 rupiah.

Tiket konser (Dok. Pribadi)
Untuk posisi tempat duduk pun menurutku cukup unik. Tempat duduk itu memungkinkan kita buat nonton konser dari berbagai sisi, tak hanya dari sisi depan panggung atau membelakangi kondektur saja. Kemarin, kami memilih tempat duduk bagian atas yang menghadap kondektur. Risikonya, kami nggak bisa melihat seluruh pemain musik, terutama pemain alat musik tiup dan perkusi. Tapi kami bisa mendengarkan suara organ dengan sangat jelas karena kami duduk tepat di depan organ, hehehe.

Organ pipa adalah salah satu instrumen musik tertua dengan suara terindah di dunia. Organ pipa yang dimiliki ASJ buatan Cassavant Freres, Kanada, yang dibuat pada 1962. Organ pipa ini memiliki 3.217 pipa dengan berat total lebih dari 10 ton. Sebagian dari pipa-pipa organ digunakan sebagai hiasan utama dinding di belakang pentas music hall.

Let the show begin!


Pukul  5 sore, kami diarahkan menuju concert hall. Kami naik tangga dari lobi menuju sebuah ruangan dengan berbagai pintu. Berdasarkan tempat duduk kami, kami masuk dari Pintu Lima. Sebelum masuk melewati pintu, para petugas membagikan buku konser kepada kami. Buku itu berisi daftar lagu yang akan dimainkan, biografi singkat para pemain utama, serta daftar nama para musisi yang tampil malam itu lengkap dengan alat musik yang mereka mainkan. Buku itu ditulis dengan bahasa Inggris. Mungkin mengingat tingginya antusias para bule yang hadir di tempat ini.

Buku konser yang dibagikan (Dok. Pribadi)

Aku kagum banget dengan interior ruangannya. Tempat duduknya terbuat dari kayu dan memiliki sandaran. Alasnya dilapisi dengan bantal. Ruangannya didekorasi dengan beberapa patung berwarna keemasan yang memegang alat musik dan diikuti oleh potret komponis legendaris di bawahnya. Ruangan didominasi dengan warna coklat.

Pemandangan yang aku lihat dari posisi tempat dudukku (Dok. Pribadi)
Sebelum konser dimulai, ada beberapa aturan yang dibacakan oleh pembawa acara:

  1. Penonton diharapkan tenang selama konser berlangsung;
  2. Penonton tidak boleh mendokumentasikan konser dalam bentuk foto, video, maupun audio selama konser berlangsung;
  3. Penonton tidak boleh makan dan minum dalam concert hall.
Konser dimulai dengan Tocatta and Fugue in D minor karya Johann Sebastian Bach yang dimainkan dengan organ oleh Lina Runtuwene. Musik ini sering aku dengerin, tapi yang versi biola oleh Vanessa Mae Nicholson. Mendengarkan musik ini dimainkan dengan organ jadi pengalaman baru buatku. Apalagi si organ terletak tepat di belakangku.

Kemudian, konser dilanjutkan dengan memainkan Symphony No. 4 in B-flat major, Op. 60, karya Ludwig van Beethoven. Di sinilah sang konduktor beserta para musisi naik ke atas panggung. Pakaian yang mereka pakai senada, yaitu jas hitam dan dasi kupu-kupu, serta gaun untuk para wanita.   Sebelum tampil, Dr. Tong memberi sambutan terlebih dahulu. Dia mengucapkan terima kasih kepada para penonton, kemudian menjelaskan bahwa musik yang akan dimainkan memiliki keunikan, entah apa, aku juga nggak terlalu nangkep. Suaranya agak samar-samar karena sang konduktor berbicara tanpa mikrofon.

FYI, tidak ada pengeras suara dalam ruangan ini. Suara musik yang dimainkan benar-benar murni musik itu sendiri sehingga kenyamanan pendengaran pun terjamin. Bahkan, dari artikel yang aku baca, beberapa ahli yang mengikuti acara di ASJ menyatakan bahwa ASJ jauh lebih baik kualitas suara yang ditampilkan daripada concert hall di Singapura, Berlin, Korea, Jepang, Hongkong, dan Tiongkok! Sebuah apresiasi yang cukup membanggakan untuk sebuah negara yang memiliki sedikit penggemar musik klasik.

Setelah simfoninya Beethoven berakhir, ada waktu istirahat 15 menit sebelum lagu kedua. Waktu itu kami manfaatkan untuk sholat Magrib. Nah, bagi penonton yang Muslim, kalian bisa sholat di mushola yang berada di basement. Tinggal naik lift yang berada di ruang loket, menuju lantai B1, kemudian keluar menuju tempat parkir dan belok kiri.

Pertunjukan selanjutnya berlangsung on time. Ketika kami sudah kembali ke tempat duduk, sudah ada grand piano di atas panggung. Dalam Piano Concerto No. 1 in D minor, Op. 15, karya Johannes Brahms yang akan dimainkan, pianis Shu Wen Chuang ikut bermain di sini bersama dengan musisi lainnya.

Setelah konser selesai, para penonton memberi standing ovation atas penampilan yang mengagumkan.

Kesan-Kesan


Amazing! Itu yang bisa aku ucapkan setelah pengalamanku menyaksikan konser musik klasik di ASJ. Baik dari segi tempat maupun pertunjukan. Aku dapat merasakan suasana konser musik klasik yang memiliki kesan mewah dengan harga terjangkau. Berbeda dengan konser biasa yang penontonnya bisa jingkrak-jingkrak, melambai-lambai, ngancungin light stick, dan nge-chant, menonton konser klasik seperti melatih sikap karena penonton suuuuuuper tenang selama musik dimainkan. Suara kecil aja bisa ngerusak mood.  Kemaren ada kejadian ketika salah seorang penonton menjatuhkan handphone-nya. Konsentrasi beberapa penonton pun langsung teralihkan ke sumber suara, padahal musik masih dimainkan.

Usaha pihak penyelenggara untuk mengenalkan musik klasik juga sudah bagus dengan memberi harga spesial kepada pelajar. Tentunya harus ada cara lain untuk menarik perhatian orang-orang yang masih asing dengan musik klasik. Musik-musik hasil karya Bach, Beethoven, dan Brahms saja masih kurang diminati oleh teman-temanku. IMHO, jika musik yang ditampilkan adalah aransemen dari lagu-lagu populer di Indonesia, mungkin akan lebih banyak menarik perhatian. Bayangkan saja jika lagu-lagunya Peterpan, Dewa, Padi, Wali, atau bahkan Rhoma Irama diaransemen jadi instrumen klasik. Kebayang merdunya, bukan?

Aku juga pernah baca sebuah tread di Kaskus yang mengkritik gaya arsitektur ASJ yang terkesan full gaya Barat. Alangkah lebih baik jika ada unsur budaya Indonesia dalam desain bangunannya, kata si kaskuser itu. Sebenarnya, unsur nasionalisme sudah ditunjukkan ASJ dengan mengibarkan bendera merah putih yang ada di taman depan (Ada di foto sebelumnya). Namun, memberi warna lokal pada arsitektur bergaya asing tentu akan menjadi perpaduan yang unik.

Menurutku, jika ingin mengimbangi dominasi Eropa pada arsitektur maupun pertunjukannya, pihak ASJ dapat menyelenggarakan pemainan alat musik tradisional Indonesia yang dipadukan dengan orkestra di concert hall tersebut. Setahuku alat musik gamelan pernah dimainkan di sini. Selanjutnya, mungkin saja kita bisa mendengarkan suara angklung, sasando, atau alat musik tradisional lainnya di ASJ. Harapannya....      

Anyway, ASJ bisa jadi pilihan wisata seni dan budaya yang bisa kamu temui di daerah Kemayoran, Jakarta. Terutama bagi kamu-kamu yang demen atau pengen berkenalan dengan musik klasik. Berita gembiranya, ASJ rutin banget ngadain konser tiap bulannya, lho!

BONUS!
Wajah-wajah ceria orang yang baru pertama nonton konser musik klasik.

Before Concert

After Concert

Tips 


Berdasarkan pengalaman pertama, ada beberapa tips yang pengen aku bagikan jika kamu mau nonton konser di ASJ:

  1. Bagi kalian yang nggak tahan dingin, pakai baju tebal, ya. Soalnya ruangan konser lumayan dingin, kurang lebih kayak di bioskop lah. 
  2. Biar nggak kelaparan pas nonton, dianjurkan buat makan makanan berat dulu. Jika tiba-tiba pengen nyemil, ASJ punya kantin kok. Tinggal siapkan uang minimal 5000 rupiah buat beli makan atau minum di sana. 
  3. Bawa makan atau minum dari luar ASJ? Bisa, kok. Asal nggak dimakan dalam concert hall aja.
  4. Jangan telat kalau nggak mau waktumu terbuang sia-sia! Soalnya, kalau kamu masih di luar arena dan musik udah mulai dimainin, kamu pasti bakal dicegah buat masuk ke hall. Ntar niat pengen refreshing jadi dongkol, lho. 
  5. Ikuti aturan yang udah dikasih sama penyelenggara tentang tata cara nonton. Ini juga buat nunjukin bahwa manner orang Indonesia itu bagus. Ingat, jumlah bule yang nonton di sini lumayan banyak. Nggak mau malu-maluin, kan?  

Jadi, sudahkah kamu tertarik untuk mendengarkan musik klasik? :)


Informasi Aula Simfonia Jakarta



Alamat:
Jl. Industri Blok B-14 No. 1, Kemayoran, Jakarta, Indonesia, 10720

BOX OFFICE CONTACTS
(021) 6586 78 08
08777 100 2009
Fax: (021) 6586 78 20
boxoffice@aulasimfoniajakarta.com
Website: www.aulasimfoniajakarta.com

OFFICE HOURS
Senin – Jumat 10.00 - 17.00 WIB
Sabtu 12.00 - 16.00 WIB
Minggu 09.30 - 12.00 WIB

Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Aula_Simfonia_Jakarta
http://infoklasika.print.kompas.com/menikmati-kemegahan-aula-simfonia-jakarta/
http://musicalprom.com/2009/10/16/mengintip-aula-simfonia-jakarta/
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000003927225/aula-simfonia-jakarta-the-first-indonesian-concert-hall/1
http://www.kompasiana.com/josephisme/keunikan-aula-simfonia-jakarta_5500e2a0a33311c56f51283c 


Keterangan
Tulisan ini untuk memenuhi tugas Workshop “Menjadi Blogger yang Cerdas dan Menyenangkan” Sponsored by ACER

Aula Simfonia Jakarta, Feel Your Classical Soul! Aula Simfonia Jakarta, Feel Your Classical Soul! Reviewed by Audi on Oktober 12, 2015 Rating: 5

6 komentar:

  1. Kamu suka musik klasik juga? Kapan" bisa ya kita nonton bareng :)

    BalasHapus
  2. ini kalo sekedar masuk gdung nya harus ada izin atw gmna ya?

    BalasHapus
  3. Selama musik sedang dimainkan penonton boleh keluar sebentar lalu masuk lagi ngga ya? Misalnya untuk ke toilet gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seingatku ngga boleh ka, mesti nunggu musiknya berhenti dulu baru boleh keluar masuk. Kayaknya takut kalo langkah penontonnya bakalan ganggu acaranya

      Hapus

Thanks for coming! ^^
Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu untuk menghindari komentar spam.

Diberdayakan oleh Blogger.