LONG TIME NO SEE, EVERYONE!
Udah beberapa hari ini nggak ada submit tulisan di blog. Duh, padahal baru ganti domain plus menebar janji manis. Halah. Kemaren emang lagi stuck banget. Tulisan nggak terlalu ngalir. Mungkin jenuh. Atau malas. Atau yahbegitulah. Tapi alhamdulillah masih ada yang masih mau main ke situs ini. Makasih banyak atas kunjungannya :)
Setelah nggak aktif selama beberapa hari, aku melihat ada tulisan-tulisan lamaku yang tiba-tiba nongol sebagai most visited post dalam seminggu terakhir. Membaca judulnya saja aku bisa menyimpulkan golongan mana yang tampaknya sedang mencari pencerahan dan dituntun sampai ke blog ini.
Dan tanpa ba-bi-bu lagi, aku ucapkan Selamat Datang di Ayam Saus Melon buat kamu para (calon) mahasiswa baru!
Aku menangkap jejak kalian di blog ini karena dua postingan lama ini:
Udah beberapa hari ini nggak ada submit tulisan di blog. Duh, padahal baru ganti domain plus menebar janji manis. Halah. Kemaren emang lagi stuck banget. Tulisan nggak terlalu ngalir. Mungkin jenuh. Atau malas. Atau yahbegitulah. Tapi alhamdulillah masih ada yang masih mau main ke situs ini. Makasih banyak atas kunjungannya :)
Setelah nggak aktif selama beberapa hari, aku melihat ada tulisan-tulisan lamaku yang tiba-tiba nongol sebagai most visited post dalam seminggu terakhir. Membaca judulnya saja aku bisa menyimpulkan golongan mana yang tampaknya sedang mencari pencerahan dan dituntun sampai ke blog ini.
Dan tanpa ba-bi-bu lagi, aku ucapkan Selamat Datang di Ayam Saus Melon buat kamu para (calon) mahasiswa baru!
Aku menangkap jejak kalian di blog ini karena dua postingan lama ini:
- Yuk, Siap-Siap Buat USM STAN Tahun Depan! - merupakan kenang-kenangan saat aku melalui tes masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tahun 2013 lalu. Pada akhirnya aku juga nggak jadi mahasiswa STAN. Tapi semoga pengalaman ini masih valid buat jadi referensi yang mau ikut tes masuk STAN, ya!
- Halo, Saya Mahasiswa! - Ya Allah dulu pede banget ngaku-ngaku mahasiswa, ya. Tulisan ini aku bikin setelah dapat kabar baik di pengumuman SBMPTN 2013. Merupakan daftar "thanks to" disertai dengan resume nasehat ortu, guru, dan kakak kelas.
Selain tulisan tadi, sebenarnya ada tulisan curhat lain soal memperjuangkan tempat kuliah yang masih tertinggal di blog ini. Ada Road to SBMPTN dan SBMPTN, Fighting! yang merupakan pengalamanku saat SBMPTN 2013. Hasil dari perjuangan tadi adalah tulisan Halo, Saya Mahasiswa!
Sebenarnya, SBMPTN 2013 itu bukan kali terakhir aku mencari tempat kuliah. Aku berjuang lagi di tahun berikutnya. Aku mengikuti SBMPTN lagi dan ikut pula ujian masuk dua perguruan tinggi kedinasan atas rekomendasi ortu. Pada akhirnya, SBMPTN lolos lagi dan satu PTK juga tembus. And here I am, berada di posisi yang (kayaknya) banyak diinginkan oleh orang Indonesia. I can't move anymore.
Baru-baru ini hasil SNMPTN sudah diumumkan. Selamat buat kamu yang berhasil keterima. Bagi yang nggak berhasil, masih banyak jalan lain, kok! Asal jangan pake jalan belakang aja, sih. Aku juga dulu mengalami nyeseknya ngeliat tulisan "Maaf" di situs SNMPTN. Sampai harus refresh berkali-kali, berharap 'maaf' itu akan berubah jadi 'selamat'. Ternyata, 'selamat' itu datang di lain kesempatan. Lewat jalur greget. Yang pastinya, ucapan tersebut ada setelah melewati masa-masa perjuangan itu.
Nggak ada perjuangan yang nggak lepas dari pengorbanan. Seperti menjelang aku menghadapi SBMPTN 2013, orang tuaku mengorbankan banyak uang untuk membiayaiku les selama di Bandung. Waktu juga lebih banyak dipakai untuk belajar soal dan mengulang materi. Menghadapi USM STAN juga seperti itu. Setelah lolos tahap tertulis, ujian selanjutnya adalah fisik dan wawancara. Karena aku nggak biasa olahraga, aku pun latihan lari keliling lapangan tiap pagi.
Capek? Tentu saja. Dan bakalan capek banget saat perjuangan tersebut nggak terbayar dengan hasil yang diharapkan. Jika aku menghadapi kejadian seperti ini, aku selalu mengingat kata-kata Kak Debi saat aku masih les di Rexa dulu:
Ketika nggak lulus SNMPTN 2013, aku sering banget ngeluh. Aku mikir, "Coba aku lulus SNMPTN. Nggak perlu ortu keluar duit cuman buat ngebiayain les tiga minggu di Bandung. Pasti duitnya sekarang buat langsung daftar ulang ke PTN impian."
Namun setelah aku melewati semua perjuangan tadi, aku kembali berpikir, "Coba aku lulus SNMPTN, mungkin aku nggak bakal pernah ngerasain gimana serunya belajar hal-hal baru. Aku juga nggak bakalan ketemu sama teman-teman seperjuanganku itu. Dan mungkin aku juga nggak bakalan nyadar kalau sebenarnya aku MAMPU!"
Begitu pula ketika aku berjuang (lagi) untuk mencari tempat kuliah yang bisa bikin aku bilang "Here where I belong". Karena ngerasa nggak cocok dengan perkuliahannya, aku memutuskan untuk mengikuti saran ortu agar masuk kedinasan serta mencoba SBMPTN lagi. Uniknya, keputusan untuk ikut SBMPTN itu baru ada dua minggu sebelum pendaftarannya ditutup. In case kalau nggak lulus semua, maka aku tetap kuliah sambil belajar buat tes. Banyak dilema yang aku hadapi. Seperti ketika jadwal tes bertabrakan dengan jadwal kuliah. Atau ketika ada workshop yang menarik di kampus tapi besoknya jadwal tes.
Pada akhirnya, beginilah aku sekarang. Mendapatkan tiket gratis ke Sulawesi Utara untuk praktek kerja lapangan dan sudah mendapat gaji untuk itu.
Terkadang aku mikir lagi, "Coba dari dulu aku ikut saran ortu buat ikut tes kedinasan, pasti aku nggak perlu buang-buang duit buat kuliah dua semester." Dan pikiran itu ditepis lagi dengan pikiran seperti ini, "Coba aku kuliah kedinasan dari dulu, aku nggak bakalan mungkin ketemu dengan orang-orang yang memiliki perspektif berbeda dan open-minded. Mungkin aku nggak bakalan ngerasain gimana rasanya jadi anak kuliahan beneran. Mungkin aku nggak bakalan ketemu sama teman-temanku di sana, yang bisa memaklumi mengapa Audi nggak mau ketemu sama orang. Dan mungkin aku juga nggak bakalan ketemu sama orang-orang unik yang bisa jadi nggak bakalan bisa aku temui di tempat lain..."
Intinya, berjuang itu memang capek. Rasa capek itu harus diimbangi dengan pikiran positif seperti, "Oh, pasti ada hikmah di balik semua ini" atau "Aku nggak mungkin disuruh berjuang kayak gini buat gagal" Just let it flow. Capeknya dibawa enjoy aja. Akan ada waktunya kita bakalan duduk manis di bangku kuliah dan nge-flashback semua perjuangan sambil senyum-senyum sendiri.
Perlu diingat juga bahwa perjuangan mendapat bangku kuliah ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan mempertahankannya. Aku juga termasuk gagal dalam mempertahankannya. Tak ada tempat kuliah yang ideal. Pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya nanti.
Well, semoga tulisan singkat ini bisa memberi referensi baru buat kamu. Selamat melanjutkan perjuangannya, ya! :)
Capek? Tentu saja. Dan bakalan capek banget saat perjuangan tersebut nggak terbayar dengan hasil yang diharapkan. Jika aku menghadapi kejadian seperti ini, aku selalu mengingat kata-kata Kak Debi saat aku masih les di Rexa dulu:
"Allah itu memiliki tiga jawaban atas doa kita: 1) Ya; 2) Ya, tapi nanti; 3) Tidak, tapi diganti dengan yang lebih baik lagi."
Ketika nggak lulus SNMPTN 2013, aku sering banget ngeluh. Aku mikir, "Coba aku lulus SNMPTN. Nggak perlu ortu keluar duit cuman buat ngebiayain les tiga minggu di Bandung. Pasti duitnya sekarang buat langsung daftar ulang ke PTN impian."
Namun setelah aku melewati semua perjuangan tadi, aku kembali berpikir, "Coba aku lulus SNMPTN, mungkin aku nggak bakal pernah ngerasain gimana serunya belajar hal-hal baru. Aku juga nggak bakalan ketemu sama teman-teman seperjuanganku itu. Dan mungkin aku juga nggak bakalan nyadar kalau sebenarnya aku MAMPU!"
Begitu pula ketika aku berjuang (lagi) untuk mencari tempat kuliah yang bisa bikin aku bilang "Here where I belong". Karena ngerasa nggak cocok dengan perkuliahannya, aku memutuskan untuk mengikuti saran ortu agar masuk kedinasan serta mencoba SBMPTN lagi. Uniknya, keputusan untuk ikut SBMPTN itu baru ada dua minggu sebelum pendaftarannya ditutup. In case kalau nggak lulus semua, maka aku tetap kuliah sambil belajar buat tes. Banyak dilema yang aku hadapi. Seperti ketika jadwal tes bertabrakan dengan jadwal kuliah. Atau ketika ada workshop yang menarik di kampus tapi besoknya jadwal tes.
Pada akhirnya, beginilah aku sekarang. Mendapatkan tiket gratis ke Sulawesi Utara untuk praktek kerja lapangan dan sudah mendapat gaji untuk itu.
Terkadang aku mikir lagi, "Coba dari dulu aku ikut saran ortu buat ikut tes kedinasan, pasti aku nggak perlu buang-buang duit buat kuliah dua semester." Dan pikiran itu ditepis lagi dengan pikiran seperti ini, "Coba aku kuliah kedinasan dari dulu, aku nggak bakalan mungkin ketemu dengan orang-orang yang memiliki perspektif berbeda dan open-minded. Mungkin aku nggak bakalan ngerasain gimana rasanya jadi anak kuliahan beneran. Mungkin aku nggak bakalan ketemu sama teman-temanku di sana, yang bisa memaklumi mengapa Audi nggak mau ketemu sama orang. Dan mungkin aku juga nggak bakalan ketemu sama orang-orang unik yang bisa jadi nggak bakalan bisa aku temui di tempat lain..."
Intinya, berjuang itu memang capek. Rasa capek itu harus diimbangi dengan pikiran positif seperti, "Oh, pasti ada hikmah di balik semua ini" atau "Aku nggak mungkin disuruh berjuang kayak gini buat gagal" Just let it flow. Capeknya dibawa enjoy aja. Akan ada waktunya kita bakalan duduk manis di bangku kuliah dan nge-flashback semua perjuangan sambil senyum-senyum sendiri.
Perlu diingat juga bahwa perjuangan mendapat bangku kuliah ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan mempertahankannya. Aku juga termasuk gagal dalam mempertahankannya. Tak ada tempat kuliah yang ideal. Pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya nanti.
Well, semoga tulisan singkat ini bisa memberi referensi baru buat kamu. Selamat melanjutkan perjuangannya, ya! :)
Suka Duka Memperjuangkan Tempat Kuliah
Reviewed by Audi
on
Mei 13, 2016
Rating:
jujur sedih banget baca tulisan ini.. perjuanganku nggak ada apa-apanya.. semuanya cuma serpihan, bukan balokan semangat.. waktu itu (masih SMK) aku gak pernah ngrencanain dengan detail "bagaimana aku setelah lulus nanti" itu yang bikin aku nyesel plus nyesek abisssss.. :( pengen balik lagi ke sekolah..
BalasHapussemangaaaat!!
Hapus